Kamis, 21 Mei 2015

Pengertian Disiplin

Disiplin merupakan titik pusat dalam kegiatan suatu organisasi. Disiplin yang diterapkan dalam suatu organisasi merupakan kesepakatan antara pimpinan dan bawahan. Melalui penerapan disiplin ini diharapkan akan mencapai hasil yang optimal.
Masalah-masalah kedisiplinan dewasan ini dapat di atasi apabila kita meninggaikan metode lama yang autotiter, yang secara paksa menuntut kepatuhan, dan mengambil alih garis-garis dasar baru yang berlandaskan prinsip-prinsip kebebasan dan tanggung jawab. Pimpinan tidak boleh mengizinkan segala-galanya, tetapi tidak memberikan hukuman. Sebagai manajer, seorang pimpinan harus mampu belajar untuk dapat menjadi partner, teman seperjuangan bagi bawahannya, agar dapat menuntun mereka kepada suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Disiplin adalah “bibit yang menghasilkan kebebasan” orang boleh dikatakan sungguh-sungguh bebas adalah orang yang telah mempelajari dan memiliki spektrum ketrampilan yang luas, baik yang bersifat akademis, yang berhubungan dengan kesenian, kecakapan tubuh, maupun hubungan soial. Melalui suatu kerjasama, kemauan, dan adanya kesedian untuk belajar serta kemungkinan untuk mengambil keputusan yang sesuai, seseorang akan dapat mengembangkan kemampuannya untuk menentukan sikapnya dengan bebas dalam segala situasi.
Tanpa kemampuan-kemampuan ini kita akan berada dalam suatu keterbatasan yang sangat ketat, dan terpaksa hidup dalam suatu dunia tanpa kegairahan. Kita melihat berbagai jenis kemelaratan yang disebabkan oleh ketidakmampuan orang yang bersangkutan, tidak mampu mengambil keputusan dan menelaah duduk persoalan yang dihadapi. Ketidakmampuan ini mempunyai pengaruh yang tidak sehat bagi pergaulan dan kehidupan keluarga. Tanpa mempelajari pengalaman-pengalaman, tanpa keberanian dan kesadaran akan tanggung jawab, kita tidak akan pernah merasa bebas dalam mengambil keputusan sewaktu kita bekerja, bermain, dalam kehidupan yang berkecukupan atau dalam kemiskinan. Ada suatu anggapan yang mengatakan bahwa seseorang telah memperoleh kebebasan tanpa disertai kemampuan dan rasa tanggung jawab, maka dengan sendirinya orang tersebut akan terbelenggu dan terhina oleh ketergantungannya kepada kelompok-kelompok elite yang sungguh-sungguh mengecap kebabasan.
Kebebasan yang sesungguhnya berarti tidak tergantung (secara ekonomis dan emosional) dan menggunakan kemampuan untuk mengambil keputusan bagi diri sendiri, hanya dengan begitu kita dapat bebas dan perkembangan-perkembangan yang mencelakakan, dari kekuasaan dan paksaan. Jika kita telah mengalami kebebasan seperti ini, dan dari sekian banyaknya kemungkinan yang ada untuk membina karir, dan telah memutuskan untuk menjai karyawan yang baik.
Kemampuan manajerial seorang pemimpinan dengan cara sosial integratif akan memperoleh kemungkinan untuk rneneruskan suatu falsafah kebebasan kepada bawahannya dengan berperan bukan sebagai autokrat, dan juga tidak sebagai anarkis yang tidak berperasaan, melainkan sebagai seorang pimpinan yang sadar akan tanggung jawabnya. Dengan penuh kegairahan para karyawan rnengembangkan kemampuannya dengan secara terus menerus jika mereka merasakan bahwa apa yang dilakukannya memiliki kebermanfaatan bagi masyarakat penggunannya. Pemimpin dalam menerapkan kepemipinannya pada setip harinya memerlukan kerja keras yang konstan. Pemimpin harus mencurahkan tenaga yang maksimal untuk rnenjaga kelangsungan hubungan antara kedua belah pihak sebagai partner. Pemimpin merasa sayang terhadap bawahannya, dan ia merasakan danya panggilan untuk menjadi seorang manajer yang demokratis. Pemimpin bekerja demi keberhasilan organisasinya, dalam arti ia berusaha untuk menjadi teladan bagi bawahannya. Bekerja dengan penuh kepercayaan dan keberanian menghadapi segala tantangan baru dan selalu siap sedia melibatkan dirinya secara maksimal.
Di dalam kegiatan organisasi seorang pimpinan memegang peranan yang amat penting yakni menyediakan suatu konsisi atau keadaan yang memungkinkan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya dapat menimbulkan aktivitas kerja yang bergairah bagi bawahannya. Suatu kondisi atau keadaan yang ditimbulkan itu memenjadi efektif apabila pimpinan sebagai manajer dalarn organisasi mempunyai disiplin yang tinggi dalam bekerja.
Pendapat tersebut sejalan dengan apa yang diutarakan oleh. Sokolik (Yusuf) yaitu : “... discipline as the state or condition of effective organizational effort which exists among members of cooperating group, impliying a feeling of commitment and obligation to the formal organization's standars”. Ungkapan di atas menyiratkan bahwa disiplin itu sebagai suatu keadaan atau konisi dari suatu upaya organisasi yang efektif, yang terdapat di antara anggota-anggota kelompok yang bekerja sama, yang di dalamnya terdapat rasa terikat dan kewajiban terhadap standar yang resmi dari organisasi itu.
Suatu tindakan yang disiplin, seperti yang telah diutarakan terdahulu adalah suatu tindakan atau sikap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi ketentuan-ketentuan, peraturan dan norma yang bertaku dalam menunaikan tugasnya yang dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Ungkapan di atas sejalan dengan pendapat Flippo (1970: 438), yang mengatakan bahwa : “... disciplinenary activity includes any action which attempts to promote cooperation and obidience to order, rules, and regulations” dari pendapat diatas terkandung maksud, bahwa disiplin itu meliputi aktivitas, tindakan yang dilakukan dalam usaha menaikan kerjasama. patuh terhadap ketentuan-ketentuan dan peraturan yang berlaku terhadap tugas yang dibebankan kepadanya.
Berkaitan dengan masalah ketentuan dan peraturan ini yang juga menyangkut disiplin, Soegarda Poerbakawatja dan. Harahap berpendapat bahwa “disiplin adalah suatu tingkat lata tertib tertentu untuk mencapai kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan”.
Dengan disiplin dalam pelaksanaan tugas atau kerja, segala urusan berjalan dengan lancar sehingga perkembangan dan kemajuan lembaga itu dapat dijamin, dan dan dengan demikian tujuan dapat dicapai sebagaimana mestinya.
Nawawi berpendapat mengenai disiplin sebagai berikut:
Disiplin artinya usaha untuk memehhara stabilitas organisasi dengan memberikan pembatasan mengenai apa yang boleh dikerjakan atau dilakukan oleh personal dalam suatu organisasi kerja. Disiplin dapat membentuk kesediaan dan kemampuan setiap personal untuk membatasi diri sendiri dengan tidak mengutamakan pribadi, akan tetapi sebaliknya selalu didorong untuk mendahulukan kepentingan pekerjaan.

Dengan demikian, disiplin itu berwujud dalam kesediaan mematuhi dan mentaati secara sadar setiap peraturan yang beriaku dan merupakan usaha untuk melaksanakan setiap pekerjaan tepat pada waktunya dengan penuh rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan, demi kepentingn bersama.
Smith, Krouse Ir, & Atkinson (Hadari Nawawi,) berpendapat bahwa “discipline can mean the way in which a teacher operates within the ctasroom, it can mean the individual the follow rules or procedures that have been established, and it can mean punishment”.
Maginson (Yusuf,) mengemukakan tiga konsep mengenai disiplin sebagai berikut:
The first realm of meaning maintains that discipline in training tha corrects molds, strengthens or perfects. Discipline in this sense, refers development of an individual i.e. his efforts at self control fopr the purpose of adjusting himself to certain needs and demands, this may be called self discipline.

he second concept considers discipline a conditon necessary to obtain orderly behavior in an organization. This implies keeping order an indiidual employee control among a group of workers by using methods that build morale and esprit de corps.

The third concept considers discipline as judicial due process based upon training and punishing. Thus discipline is a form of punishment which a person incurs as result of an undersirable act.

Disiplin itu ditujukan kepada pembentukan tingkah laku yang sesuai dengar, ketentuan organisasi dengan jalan melatih diri dan mengontrol atas perkembangan kekuatannyang ada di dalam diri setiap anggota organisasi. Titik beratnya dari perwujudan tingkah laku tersebut berupa kesanggupan untuk menaati dan mematuhi setiap peraturan yang berlaku dalam organisasi kerja.
A.S. Hornby, E.V Getenby & H. Wakefield (Yusuf) mengemukakan bahwa: “discipline ... the exercise, development and control of the mind and character, intended to produce obidience and aoderly behavior,...”
Uraian di atas menggambarkan bahwa disiplin berarti suatu cara yang dilakukan oleh karyawan dalam bekerja, dan berarti pula bahwa individu menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku dan melakukan kegiatan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, dan dapat berarti pula perawatan terhadap tinggkah laku karyawan dalam pelaksanaan tugasnya.
Berdasarkan beberapa pendapat terdahulu mengenai disiplin kerja karyawan, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja karyawan lalah suatu sikap mental yang dimiliki oleh karyawan yang mengandung kerelaan untuk mernatuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam organisasi yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Disiplin kerja dapat mendorong aktivitas dalam melaksanakan tugasnya. Pendapat ini didukung oleh Dale S. Beach (Yusuf, 1989) mengatakan : ”Discipline must take the form of positive support and reinforcement for approved action,..”. Karyawan yang berdisiplin dalam tugasnya akan tercermin dalam kegiatan sebagai berikut:
1) Melaksanakan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
2) Bekerja dengan penuh kreatif dan inisiatif
3) Bekerja dengan jujur, penuh semangat dan tanggung jawab.
4) Datang dan pulang tepa pada waktunya.
5) Bertingkah laku sopan
6) Memelihara dan menggunakan fasilitas kantor dengan sebaik-baiknya.
Facebook Twitter Google+

Back To Top